Jakarta – Implementasi transaksi jalan tol non-tunai nirsentuh tanpa setop atau Multi Lane Free Flow (MLFF) berpotensi mundur lagi.
Wakil Menteri (Wamen) Pekerjaan Umum (PU) Diana Kusumastuti menjelaskan, kerja sama tersebut belum menemui sebuah kesepakatan.
“Semuanya itu diimplementasikan kalau sudah disepakati semuanya, kan kontrak antara dua (pihak) ini,” ujar Diana.
Dua pihak dimaksud antara Pemerintah melalui Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dan Roatex Indonesia Toll System (RITS).
Namun demikian, Diana mengatakan, Kementerian PU tengah berupaya untuk menuju kesepakatan tersebut.
“Saya belum tahu persis tahun ini atau tahun depan, karena untuk melakukan analisis kan juga butuh waktu,” papar Diana.
Sebagai informasi, MLFF dirancang sebagai solusi dari masalah antrean kendaraan di gerbang tol (GT) yang mengakibatkan kemacetan dan kerugian.
MLFF menggunakan teknologi Global Navigation Satellite System (GNSS) yang akan mendeteksi pergerakan kendaraan di jalan tol lewat satelit.
Sementara dari sisi pengguna jalan tol, dibutuhkan electronic On Board Unit (e-OBU) atau aplikasi di gawai pintar yang digunakan untuk melakukan pendeteksian terhadap sistem MLFF.
Aplikasi yang digunakan adalah aplikasi cepat tanpa setop (cantas) dan nantinya bisa diunduh di PlayStore maupun AppStore.
Melalui aplikasi ini, pengendara yang memasuki jalan tol akan dideteksi kendaraannya oleh sistem kemudian transaksi terjadi dan saldo elektronik pengguna akan terpotong secara otomatis.
Penerapan MLFF terus mundur dari jadwal, yang semula ditargetkan bisa diterapkan pada Juni 2023 hingga ditargetkan bisa diuji coba pada Desember 2024 atau awal tahun 2025 di Jalan Tol Bali Mandara.
Ada pun yang bertindak sebagai Badan Usaha Pelaksana (BUP) MLFF adalah RITS. RITS merupakan anak perusahan Roatex Ltd. Zrt. yang berasal dari Hongaria.
Sementara pengembangan MLFF menggunakan investasi langsung dari Pemerintah Hongaria sebesar 300 juta dolar Amerika Serikat.
Source Artikel: www.kompas.com/properti